ANALISIS PUISI PADAMU JUA (amir hamzah)
Pada bait pertama:
Kesimpulan bahwa aku lirik merasakan
bahwa dia
tidak bisa menghindar dari kekasihnya, Tuhannya. Walaupun
cinta itu
sampai habis terkikis oleh masa dan hilang terbang ke tempat
yang
antah-berantah, aku lirik tetap tidak bisa melepaskan diri
dari
kekasihnya. Pulang kembali aku padamu, kata aku lirik dalam
salah satu baris puisinya. Bahkan untuk menguatkan keteguhan
cinta
kekasih aku lirik tersebut, Amir Hamzah menambahkan Seperti
dahulu.
Ini menandakan bahwa memang cinta yang diberikan oleh
kekasih aku lirik
tidak dapat berubah. Dan itu tetap dirasakan aku lirik
ketika ia
melakoni “pulang kembali” tersebut.
Pada bait kedua:
aku lirik memperlihatkan bagaimana ketulusan
cinta kasih yang diberikan
kekasihnya pada dirinya. Cinta yang diberikan kekasihnya
diibaratkan
sebagai kandil kemerlap dan pelita jendela di malam gelap
yang selalu sabar dan setia menanti kedatangan aku lirik dari perginya yang
lama.
Namun, di bait ketiga:
aku lirik tetap tidak mau mepedulikan kekasihnya itu.
Sebagai seorang
manusia, ia juga membutuhkan rasa cinta yang berbentuk
(rindu rupa).
Sedangkan kekasihnya ini adalah sesuatu yang tidak nampak.
Pada bait keempat:
Aku lirik menumpahkan penasarannya itu
dan bertanya, Di mana engkau /rupa tiada/ suara sayup/ hanya kata merangkai
hati.
Karena yang dicintai adalah Tuhan, maka mata manusia tidak
mampu
melihatnya. Sehingga rupa pun menjadi tiada. Tetapi bisikan
kata-kata
selalu dirasakan aku lirik merangkai hatinya untuk meyakini
bahwa ia
memang tengah mencintai kekasihnya dan kasih itu berbalas.
Pada bait kelima;
aku lirik menjelaskan bahwa kekasihnya itu telah menjadi
terbakar api
cemburu oleh kelakuan aku lirik, yaitu ketika aku lirik
meningglkan
kekasihnya, sebelum ia melakoni “pulang kembali”nya. Hal
ini, menurut
aku lirik, mengakibatkan sang kekasih menjadi ganas. Aku
lirik melihat
bahwa kekasihnya hanya ingin cintanya tak berbagi ke lain
hati. Kekasih
aku lirik ingin memiliki aku lirik sepenuhnya. Kata mangsa
ini menandakan pemaksaan kekasihnya tersebut.
Bait keenam;
Menunjukkan kepasrahan aku lirik karena telah
“dimangsa” oleh “cakar” kekasihnya. Ia menjadi nanar dan gila sasar. Tak tahu
hendak ke mana. Ia telah buta arah. Dalam bahasa Sasak, biasa dikatakan
kebebeng.
Karena, biar bagaimanapun, ia menyadari bahwa ia akan
berulang
(kembali) lagi kepada kekasihnya. ditandaskan lagi, cinta
yang diberikan
kekasihnya diibaratkan Serupa dara di balik tirai yang
seakan-akan pelik menusuk ingin, benar-benar membuat penasaran dan ingin tahu.
Pada bait terakhir:
merupakan puncak pertemuan aku lirik dengan kekasihnya.
ternyata aku
lirik mendapatkan bahwa kasih yang diberikan kekasihnya itu
sunyi. Sepi,
karena ia hanya menunggu seorang diri. Itu dirasakan aku
lirik
setelah waktu bukan lagi menjadi haknya. Dan matahari bukan
lagi
menjadi kawannya. Saat aku lirik melakukan “pulang
kembali”-nya itu,
yaitu ketika aku lirik mengalami kematian.
A3-16 masuk pak Wito 👍👍👍
BalasHapusA2-20 Monica yeyen.y.
BalasHapusA5-21
BalasHapus